Jumat, 27 Januari 2012

Surat Terbuka Untuk Buruh Indonesia


Saudaraku buruh Indonesia, Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai Sejarah. Sejarah bangsa ini digores oleh tinta emas para pejuang yang menginginkan kemerdekaan. Kalaulah saat ini mereka bisa berkomentar tentang kemerdekaan yang kita rayakan setiap 17 agustus mungkin salah satu yang akan mereka tanyakan adalah apakah kalian yang hidup didunia demokrasi ini sudah merasa merdeka. Dunia saat ini memang tidak sedang diekspansi dengan pendudukan militer tapi kemerdekaan negara kita dan negara berkembang pada umumnya sebenarnya sedang dijajah secara sistematis oleh kekuatan modal. Konspirasi Korporasi raksasa dunia yang tampil dengan wujud Bank dunia dan Lembaga Kapitalis lainnya tengah hadir dikeseharian kita dengan menawarkan neraka berlabel surga. Salah satu kado Globalisasi yang tengah mereka hadirkan adalah Fleksibiltas tenaga kerja. Ditandai dengan membesarnya wewenang pengusaha untuk mengurangi ongkos buruh dan penguatan kontrol manajemen terhadap kehidupan di Industrial.

Fleksibilitas ini telah menjelma dalam Rekayasa Raksasa pemisahan konsentrasi bisnis inti dengan proses yang bukan bisnis intinya melalui subkontrak atau pengurangan tenaga kerja. Rekayasa yang berkedok produktivitas dan Efisiensi ini telah sukses dijalankan di Indonesia. Melalui bantuan hegemoni legitimasi kaum kampus atau Akademisi, Pemerintah yang apakah secara sadar atau tidak telah melegalkan praktek Outsorcing Kolektif ini melalui Undang-undang no 13. Tidak berhenti sampai disana ‘new HRD’ sengaja diciptakan oleh pengusaha untuk lebih berdaya menghadapi buruh yang notabene telah banyak dicerdaskan oleh Serikat Pekerja. Melalui strategi komunikasi HRD dengan konsultansi berkala dalam rangka menciptakan kesadaran palsu akan pentingnya karir pribadi dalam bingkai produktifitas diharapkan akan mampu memberangus solidaritas Serikat Pekerja yang selama ini mengadvokasi dan mencerdaskan mereka. Hasil akhir yang diharapkan dan saat ini telah terjadi adalah menghilangkan realitas eksploitasi pemilik modal terhadap buruhnya.
Buruh Indonesia dimanapun anda berada, Sadarlah bahwa pasti kita akan digiring ke dunia tanpa batas yang akan menindas semua yang lemah dan tidak siap bersaing. Jadi wahai pejuang buruh apakah kalian dengan sadar mengatakan bahwa kita sudah merdeka. Kita wahai buruh Indonesia adalah bagian dari permasalahan ini jika kita tidak dalam perjuangan orang-orang yang akan menyelesaikan permasalahan ini. Karena hidup kita didunia ini adalah untuk bekerja maka biarlah Allah Tuhan yang Maha Kuasa yang menilai perjuangan kita dan membalasnya. Perspektif kita terhadap Kemerdekaan adalah makna dari perjuangan hidup itu sendiri. Apakah kita hanya akan memperjuangkan diri kita sendiri atau kita sedang menjadi bagian dari eskalasi perjuangan para pejuang kemerdekaan yang akan membebaskan bangsa ini dari kemiskinan, kebodohan dan ketidakberdayaan. Dalam kekhilafan apapun mereka yang berjuang tetaplah lebih mulia dari pada ‘KITA’ yang hanya duduk-duduk saja, menunggu kabar secara oportunistik dan tanpa prinsip.
Satu hal penting yang harus kita sadari bahwa buruh pada posisi pribadi tidak akan mampu menghadapi majikan dalam bargaining apapun. Situasi itu akan berbeda saat mereka bersatu dan berserikat serta menginternalisasikan hidup mereka dalam perjuangan bersama tanpa henti. Di awal abad ke dua puluh ditengah geliat perjuangan kemerdekaan, Para tokoh pemikir VOC menjadikan salah satu Strategi Politik Utama Kolonial adalah ‘Menjinakkan Sang Kuli’ sebagai manifestasi perbudakan modern yang saat ini bertansformasi dan kembali di adopsi oleh para Kolonial Modern abad ini yaitu Pejuang Kapitalisme Global. Dan saat kita melihat indikasi itu hadir di tempat kita bekerja, Sikap kita akan menjadi dasar pembeda pilihan garis hidup yang akan kita tempuh. Menjadi bagian dari masalah atau menjadi penyelesai masalah. Menjadi bagian dari sejarah atau menjadi manusia tanpa sejarah. Tidak mengherankan saat mereka yang menjadi rujukan pustaka bangsa ini yaitu para akademisi tidak melihat peran pekerja atau buruh layak dijadikan indikator keberhasilan sebuah bangsa. Walau dalam industrialisasi mereka adalah aktor utama yang menghidupkan mesin produksi untuk devisa negara. Jawabannya mungkin karena kita belum terbangun dari tidur panjang yang melenakan. Bangunlah saudaraku mari rangkul yang masih bersebrangan, mari bangunkan yang masih tertidur, Kita adalah Serikat pekerja. Hidup Buruh Hidup Pekerja Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar